TEMPO Interaktif, Jakarta -Pramuka di Afrika Selatan yang menjadi cikal bakal kepramukaan yang didirikan oleh Baden Powell ternyata tidak berkembang. "Pramuka di Afrika, tidak masuk ekstrakurikuler sekolah sehingga tidak wajib jadi anggota dan dikelola oleh Lembaga Swadaya Masyarakat," kata Rully Chairul Azwar, Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat saat dihubungi Tempo via telepon seluler.
Rully menemukan jawaban tersebut setelah dirinya bersama anggota dewan lainnya melakukan kunjungan kerja ke Rainbow country atau negeri pelangi mulai 14 - 19 September 2010. Rully dan rombongannya bertemu dengan South African Scout Assosiasion (SASA), anggota Parlemen bidang Pramuka dan unsur-unsur Pemerintahan yang mengelola Pramuka.
Selain ke , Afrika Selatan sejumlah anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Pramuka juga berkunjung ke Afrika Selatan, Korea Selatan dan Jepang dengan dalih uji sahih.
Menurut dia, akibat pengelolaan dibawah kendali Lembaga Swadaya Masyarakat, dana yang terkumpul tak seberapa karena sifatnya sukarela. Dengan sumber pendanaan dari iuran dan bantuan sosial, Pramuka di Afrika Selatan tetap eksis di setiap daerah, tapi kekuatannya tidak merata. "Mereka tidak mau tergantung dengan pemerintah, kebanggaan independesi itu yang jadi falsafah," ujar Rully.
Dari sisi keanggotannya, kata dia, yang benar-benar bergabung dengan Pramuka, adalah yang berminat saja. Kegiatannya pun bersifat sosial dan pemberdayaan masyarakat. "Tidak ada dibangun kegiatan cinta tanah air, cinta bangsa dan patriotisme," ujarnya.
Selama di Afrika Rully melihat anggota Pramuka dari kaum kulit putih dan kulit hitam, agak canggung ketika bergabung latihan. "Dulu, Pramuka di Afrika Selatan memang kegiatan untuk warga kulit putih, hingga kini pun mayoritas pengurusnya warga kulit putih juga," katanya.
Menurut Rully, fakta-fakta Pramuka di Afrika Selatan tersebut, tidak akan bisa ditemukan dengan hanya mencari informasi di Internet. "Tidak bisa dieksplore sedemikan rupa," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar